Sebelum Suparwono meninggal dunia kemarin, ibunya, Siti Aisyah (46) telah memiliki firasat buruk. Bahkan, Suparwono sendiri sempat meninggalkan "wasiat".
"Beberapa hari lalu, saya sempat bermimpi ada acara yasinan, ramai di rumah. Orang sampai pada berkumpul di luar. Saya lalu sempat menceritakan ini ke suami, tapi ya tidak sampai dirisaukan," tuturnya menceritakan soal firasat buruk mengenai kepergiannya anak kelimanya itu, Kamis (23/2/2012).
Firasatnya ini ternyata terbukti benar. Hari ini, ratusan warga dan kerabatnya berkumpul di depan teras rumahnya untuk melayat Suparwono yang meninggal dalam usia 27 tahun.
Ia lalu bercerita, sekitar tiga hari lalu, entah mengapa, Suparwono sempat berpesan kepada orangtua dan teman-teman dekatnya jika ia meninggal nanti, ingin dimakamkan di samping makam adiknya yang lebih dahulu meninggalkannya. Lokasi makam ini berada di tengah ladang karet milik ayahnya.
Karena dianggap sebagai "wasiat", keluarganya pun menuruti dan menguburkannya di sana siang tadi.
"Ia (Suparwono) sempat bilang, lebih baik meninggal duluan dari bapak dan ibu. Soalnya, jika tidak, tidak akan ada yang mengurus Parwono (panggilan akrabnya)," ungkap Sugito (65), ayah Suparwono sambil terisak, tidak mampu menahan tangisnya.
Suparwono, manusia tertinggi di Indonesia meninggal dunia pada usia 27 tahun, di Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung, Rabu (22/2) petang. Pria yang memiliki tinggi badan 2,71 meter itu sempat menjadi ikon Lampung dalam setiap kegiatan nasional maupun internasional.
Suparwo dikenal sebagai sosok yang jarang keluar rumah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Suparwono mengalami penyakit diare, selama beberapa hari.
Ia dibawa ke klinik Sharon Medical Centre dan nyawanya tak tertolong lagi. Jenazah Suparwono berada di rumahnya di Desa Tritunggal Jaya, Gunungagung, Tulangbawang, dan rencanya dikuburkan Kamis (23/2).
Pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, 4 November 1985 itu, menurut keterangan para tetangganya, sebulan terakhir Suparwono mengalami sakit di bagian perut. “Memang, sebulan ini ia selalu mengeluh dengan perutnya,” kata Rahman, seorang pejabat di Pemkab Tulangbawang, menirukan ucapan tetangga Suparwono.
Untuk mengurusi jenazah, warga yang tinggal di dekat Suparwono, harus membuat keranda baru karena ukuran keranda yang ada untuk manusia normal. Setidaknya, ukuran keranda Suparwono lebih dari 1,5 meter. Begitu juga dengan galian tanah kubur jenazah Suparwono harus melebih ukuran normal.
Keterangan tetangga Suparwono, dengan kondisi tubuhnya yang melebihi tinggi orang normal, ia banyak berada di rumah. Ia keluar rumah bila ada panggilan dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan undangan warga tempat tinggalnya. Dalam kehidupan sehari-hari, ia membiayai kebutuhan hidupnya sendiri.